Sleeping Bag dan Kehangatan Tidur di Alam Bebas

Beberapa sleeping bag yang umum dipasaran, memiliki model bentuk persegi panjang biasa atau yang biasa di sebut model “tikar”. Hanya beberapa sleeping bag “murmer” saja yang memiliki bentuk model “mummy”. Kebanyakannya berbentuk model “tikar” (persegi panjang dengan tudung/hoodie dibagian kepala).

SB Model Mummy

SB Model Mummy 

SB Model Tikar

SB Model Tikar

Dengan asumsi bahan dan ketebalan yang sama, sleeping bag mummy terasa lebih hangat saat dikenakan daripada sleeping bag model tikar, khususnya pada bagian kaki. Hal ini karena bahan insulasi panas tubuh dari sleeping bag mummy menempel langsung di permukaan sekujur kaki. Berbeda dengan sleeping bag model tikar yang ketika dipakai akan menyisakan ruang hampa di bagian kaki si pemakainya. Ruang hampa inilah yang membuat insulasi dari sleeping bag menjadi kurang maksimal.

Merasakan dinginnya udara gunung saat tidur di dalam tenda sering membuat tidur kurang nyenyak. Ketika tertidur, saat dini hari tiba-tiba terbangun karena tanpa sadar kita menggigil kedinginan. Sleeping bag murmer model tikar yang kita pakai tidak sanggup menahan hawa dingin yang menusuk, khususnya pada bagian telapak kaki dan sekitarnya. Setidaknya kita perlu memakai kaos kaki tebal untuk tetap menghangatkan tubuh, meski kadang cara ini juga kurang efektif mengingat pori-pori kaos kaki kadang juga cukup besar sehingga mudah diterobos hawa dingin juga. Dari pengalaman kami mendaki, untuk menjaga kehangatan kaki saat beristirahat dengan sleeping bag murmer tikar, ada beberapa cara. Beberapa diantaranya :

  1. Kita bisa mengikat bagian bawah sleeping bag agar secara keseluruhan kaki terbungkus cukup rapat dan bagian dalam sleeping bag tidak menyisakan ruang hampa yang bisa dimasuki hawa dingin. Untuk mengikatnya kita bisa mempergunakan tali sepatu kita yang tentunya tidak mungkin dipakai saat kita istirahat di dalam tenda, atau bisa menggunakan tali cord perusik aksesoris yang biasanya dijual meteran di toko-toko outdoor, atau kalau memang tidak ada bisa pakai tali rafia atau tali apapun asal bisa dipakai buat ngikat…hehehe. Dengan tidak ada ruang kosong disela-sela sleeping bag bagian kaki, daya insulasi dari sleeping bag akan cukup maksimal. Panas dari bagian kaki yang secara alami keluar akibat sistem metabolisme tubuh akan ditahan oleh bagian inner dari sleeping bag yang telah menempel maksimal berkat ikatan yang telah kita buat. Sehingga permukaan kaki yang menempel pada inner sleeping bag bisa menyerap kembali panas alami yang ditahan oleh inner sebelumnya saat dibutuhkan, sehingga tubuh tetap terasa hangat.
  2. Saat kita beristirahat di dalam tenda, tentu tas carrier yang kita bawah sedang tidak dipergunakan alias nganggur. Kita bisa memanfaatkan tas carrier yang nganggur tersebut. Yakni dengan mengosongkan terlebih dahulu kompartemen utama dari carrier, kemudian kaki kita yang sudah terbungkus sleeping bag bisa kita masukkan ke dalam carrier. Dijamin, daya insulasi pada bagian kaki kita akan meningkat….hehehe. Ini sudah pernah kami coba sendiri saat ngecamp di Cikasur, Argopuro. Saat itu kami tidur, tanpa sadar saat tengah malam terjaga dan menggigil kedinginan. Akhirnya tas carrier menjadi penghangat tambahan bagian kaki, sedangkan tubuh bagian atas, kami tambahkan insulasinya dengan jaket. Akhirnya kami pun bisa tidur nyenyak sampai agak kesiangan bangun.. 😀

Sleeping bag adalah salah satu perlengkapan utama dalam mendaki gunung. Alat ini memang tidak bisa menciptakan panas dengan sendirinya, melainkan hanya sekedar menahan dan memantulkan panas yang dihasilkan tubuh saat dikenakan. Sleeping bag hanya akan berfungsi dengan baik apabila tubuh dari pemakainya masih mampu menghasilkan panas alami akibat dari proses metabolisme. Apabila proses metabolisme sudah hampir berhenti/panas tubuh sudah tidak bisa dihasilkan dari dalam (kasus hipotermia), maka sekedar mengenakan sleeping bag tidak akan signifikan dalam meningkatkan/mengembalikan suhu tubuh yang telah drop jauh dibawah normal. Sehingga perlu transfer energi kalor dari eksternal ke tubuh orang yang mengalami hipotermia tersebut. Mengenai mekanismenya akan kita bagi di lain kesempatan. 🙂

Namun secara umum, untuk menjaga kehangatan tubuh seluruhnya (tidak hanya bagian kaki seperti diatas) saat beristirahat di tenda, ada baiknya kita memanaskan tubuh terlebih dahulu sebelum tidur masuk ke dalam sleeping bag. Sebenarnya ada cukup banyak cara. Beberapa diantaranya yang kami tahu :

  1. Menghangatkan diri di api unggun. Dengan terlebih dahulu kita menghangatkan diri ke api unggun, suhu tubuh kita akan lebih hangat dari biasanya. Apabila suhu sudah agak lebih hangat dari biasanya, maka kita bisa pergi tidur dan segera mensetting sleeping bag yang kita bawa. Namun yang perlu menjadi catatan bagi kita adalah tidak semua jalur pendakian gunung diperbolehkan membuat api unggun. Di beberapa gunung, pada beberapa titik jalur pendakiannya masih diperbolehkan membuat api unggun. Namun beberapa gunung lainnya, disepanjang jalur pendakiannya ada larangan keras menyalakan api unggun untuk menghindari kebakaran. Yang kami ketahui secara tegas memperbolehkan, bahkan menyediakan spot-spot untuk menyalakan api unggun adalah di jalur pendakian gunung Lawu via cemoro Sewu.
  2. Makan makanan hangat, pedas & berlemak. Tidak bisa dipungkiri, sesaat setelah kita makan, apalagi makan makanan berlemak, panas dan rasanya pedas, pasti tubuh akan berkeringat. Tapi jangan terlalu pedas juga, agar lambung masih mentoleransinya tidak berakhir pada sakit perut….hehehe. Ketika tubuh berkeringat, tandanya tubuh mengalami kenaikan suhu. Sebelum pergi tidur, ada baiknya sela antara kita makan dan tidur diberi jeda waktu sedikit agar tidak memberatkan proses pencernaan di lambung (kurang lebih 20-30 menit). Sambil menunggu kita bisa mengusap/mengeringkan keringat yang keluar saat makan pedas-panas-berlemak tadi, agar saat masuk sleeping bag kita tidak malah kedinginan akibat dari sleeping bag yang basah karena keringat. Ketika tubuh sudah benar-benar kering, waktunya bagi kita untuk mensetting sleeping bag dan tidur.
  3. Minum minuman hangat & berlemak atau yang mengandung minyak atsiri. Cara yang ketiga ini secara prinsip hampir sama teknisnya dengan cara yang kedua. Hanya saja yang membedakan adalah pada apa yang kita konsumsi. Pada cara yang ketiga ini, kita bisa mengkonsumsi minuman dengan kandungan lemak seperti susu hangat, coklat hangat, dsb. Atau minuman yang mengandung minyak atsiri yang secara alamiah membuat tubuh terasa hangat seperti wedang jahe atau wedang rempah-rempah lainnya. Owh iya, saran kami jangan sekali kali minum minuman beralkohol. Mungkin awalnya tubuh terasa panas sebagai akibat pembuluh-pembuluh darah yang membesar terkena reaksi kandungan alkohol yang merasuk kedalam darah. Sensasi rasa panas tubuh di alam bebas inilah yang terkadang “dicari” orang. Namun, fatalnya adalah apabila daya elastisitas pembuluh darah di otak kita tidak cukup baik, maka pembuluh darah yang mengembang tersebut bisa dengan mudah akhirnya pecah dan kita pun bisa terkena stroke dan bahkan mati. Atau setidaknya, lama kelamaan kesadaran kita pun akan hilang. Kehilangan kesadaran atau bahasa jawanya = “mendem” di alam bebas sangat berbahaya. Kehilangan kesadaran membuat kita kehilangan orientasi medan, mudah kerasukan/dimasuki mahluk-mahluk “halus”. Tentu tidak ingin hal-hal itu terjadi kan? 🙂
  4. Olah raga kecil di sekitar tenda. Olah raga membuat otot-otot tubuh membakar lemak yang tersimpan di sekeliling tubuh. Pembakaran lemak ini tuntu akan menghasilkan panas. Tanda meningkatnya suhu tubuh saat olah raga adalah ketika keluarnya keringat dari dalam tubuh. Mengenai olah raga yang bisa dipilih, bisa joging ringan selama 10-15 menit mengelilingi area camp, atau bisa juga dengan push up atau sit up. Setelah kita berolah raga, segera keringkan keringat yang keluar dengan kain lap/handuk, baru kemudian segera tidur masuk ke dalam sleeping bag. Dijamin, tubuh akan merasa hangat sampai pagi…..hehehehe.

Monggo dipraktekkan langsung.. 😀

Jangan lupa BAWA SAMPAHMU TURUN, atau jangan pernah naik gunung . . . . 😉

Tinggalkan komentar